Teaching Diary (4): Sekolah Impianku
Aku ingin sekolah yang bersih. Kalau aku jadi pemimpin, aku akan berinvestasi pada alat-alat kebersihan. Setiap kelas memiliki 5-6 sapu dan 1 pel dengan gagang yang ringan dan nyaman dipegang, harapannya tangan anak-anak tidak sakit waktu menyapu: jadi semakin rajin piket. Hahaha. Aku banget. Dulu waktu di kos aku punya sapu yang semacam itu, merknya “Dragon”, harganya sekitar Rp 18.000,00 – Rp 22.000,00. Yang kaya gini nih:
Gambar 1. Sapu untuk Sekolah Impian *Wkwkwk*
Aku ingin sekolah yang memiliki perpustakaan yang bagus, dindingnya berwarna cerah, nyaman untuk membaca, ada bean bag chair-nya juga, ada akuarium di dinding, kalau lihat dari jendela pemandangannya taman yang ada suara gemericik airnya, ada tanaman hias di sudut ruangan, dengan koleksi buku anak-anak, buku pengembangan diri, novel bermutu, buku ensiklopedi, buku pengetahuan populer, buku pendidikan dan cara belajar, koran terbaru, majalah anak-anak, majalah pendidikan, majalah masak, majalah tanaman… Huaaa *Rasanya aku ingin punya tempat penerbitan juga! Kekekek, gapapalah mimpi, mumpung gratis.
Gambar 2. Perpustakaan Impian (Aamiiin)
Aku ingin sekolah yang guru-gurunya ramah, merasa memiliki, dan turut menjaga sekolah. Guru yang dalam hati dan tindakannya menginginkan dirinya, anak-anak, dan sekolahnya maju. Tapi aku tidak ingin “mengikat” mereka seharian di sekolah. Maksimal jam 14.00 mereka sudah ada di rumah, terutama untuk ibu-ibu. Kalaupun harus menyelesaikan administrasi terkait pembelajaran, aku pikir tidak harus setiap hari wajib lembur kan? Mungkin dibuat seperti piket adalah solusi yang lebih baik. Bagaimanapun guru juga punya keluarga. Stupid thing to force them work all the day everyday. Yea, I’ll say it again with capital letters: STUPID.
Karakter utama yang ingin kukampanyekan adalah kejujuran. Selain pribadi yang jujur, aku harap anak-anak didikku akan jadi orang yang berani bertindak benar, bertanggung jawab, menikmati belajar, selalu berpikir “apa yang bisa kulakukan untuk membuat tugas ini lebih baik?”, dan peduli terhadap lingkungan. Tidak ada sampah berserakan di jalan sekolah, karena mereka secara sadar membuangnya pada tempat sampah.
Aku ingin sekolah jadi tempat yang menyenangkan untuk belajar. Aku ingin ada lebih banyak anak dari keluarga sederhana yang sekolah di tempat yang seperti ini. Aku tidak bisa memimpikannya sendirian. Mungkin itulah alasan kenapa aku pada akhirnya menuliskan ini. Yah, gambarannya belum lengkap, would you like to add another idea?
Ya Allah, bantulah aku jadi pribadi yang anggun, bahkan dalam kemarahanku. Bantulah aku menjaga kesehatanku, agar ada lebih banyak hal yang bisa kuberdayakan. Aku tidak akan melakukan semuanya sendiri, tidak lagi. Pertemukanlah aku dengan orang-orang dengan impian yang sama ya Allah… 🙂